Rabu, 29 Januari 2014

1 Menit yang menjadi Motivator



“Untuk menjadi juara dunia, saya hanya perlu bertahan 1 menit lebih lama” – Muhammad Ali

Muhammad Ali, tentu tahu persis arti dari pernyataannya diatas. Dalam perjalanan karir sebagai petinju professional banyak lawan tangguh yang ia hadapi. Dan salah satunya adalah Joseph William Frazier.

Frazier adalah petinju bertipe slugger. Pertahanannya hanya mengandalkan boobing, weaving, bahkan ducking. Tidak ada kamus mundur!. Dan hooknya sering mengait dagu lawannya sehingga membuat lawannya KO.

Pemegang medali emas tinju kelas berat Olimpiade Tokyo 1964 ini memang menjadi amat terkenal berkat persaingannya dengan Muhammad Ali dan George Foreman. 3 pesaing ini memang sukses ketika berkarier di amatir (Ali pemegang medali emas kelas berat ringan Olimpiade Roma 1960, dan Foreman, pemenang emas kelas berat di Meksiko 1968)..

Pertempuran Ali dan Frazier terjadi hingga tiga kali. Pertemuan pertama berlangsung di Madison Square Garden Maret 1971 yang diiklankan besar-besaran sebagai “Fight of the Century”. Ali dan Frazier sama-sama belum pernah kalah (Frazier 26 menang-23 KO, Ali 31-25). Pertandingan berjalan ketat 15 ronde dan Ali membukukan kekalahan pertamanya, meskipun dengan angka tipis. Joe Frazier mempertahankan sabuk juaranya.

Kemudian, Januari 1974, Ali dan Frazier bertemu kembali untuk memperebutkan jatah tanding melawan juara bertahan. Pertandingan yang kembali digelar di Madison Square Garden, New York, kali ini dimenangkan oleh Ali, meskipun dengan angka tipis.

Quezon City, Metro Manila, Oktober 1975 menjadi saksi pertandingan ke 3 Ali vs Frazier. Ali sebagai juara dan Frazier sebagai penantang. Pertandingan yang sering disebut sebagai pertandingan terbaik sepanjang masa ini merupakan klimaks persaingan sengit antara keduanya. Thrilla in Manila!.

Dalam pertandingan ini Ali sama sekali meninggalkan gaya khasnya dan meladeni Frazier dalam pertarungan jarak pendek yang cepat, keras, kasar dan brutal sepanjang 14 ronde penuh. Di ronde 12 wajah Frazier yang sudah bengkak, tidak memungkinkannya untuk melihat dengan sempurna. Tapi dia tidak menyerah. Ronde 14 Frazier sudah kehabisan bensin, tapi dia masih tetap bertahan sampai akhir ronde, meskipun menjadi bulan-bulanan Ali. Pelatih Frazier, Eddie Futch, melihat kondisi petinjunya segera melempar handuk tanda menyerah sebelum bel ronde 15 berbunyi. Hal yang kemudian amat disesali Frazier.

Disisi lain, Ali juga sangat amat kelelahan dan menginginkan untuk menyerah dalam melanjutkan pertandingan tersebut, sebelum niatnya terkabul. Pihak Frazier lebih dahulu melemparkan handuk putih tanda menyerah.

Penyesalan inilah yang terus membayangi Frazier hingga akhir hayatnya. Dimana keputusan pelatihnya Eddie Futch yang semestinya menjadi Motivator malah, terlalu cepat untuk melempar handuk tanda menyerah. Walaupun tujuannya baik, untuk menyelamatkan nyawa dari Frazier.Tapi dia juga lupa bahwa penting untuk bertahan 1 menit lebih lama dari lawan anda.

Jika anda sudah memutuskan untuk menyerah, mengapa tidak menunda dan mencoba “bertarung” barang semenit lagi.

0 komentar:

Posting Komentar